Saturday, January 26, 2013

Gunung Andong (1.736mdpl) : Serasa Tidur di dalam Aquarium..Hahahaha

Tanggal 19-20 Januari 2013. Masih musim hujan, tapi herannya kami juga nggak kapok-kapok kehujanan di gunung. Hahahaha. Trip kali ini adalah Gunung Andong yang memiliki ketinggian 1.736 mdpl dan secara administratif terletak di Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Jarak yang ditempuh sekitar 5 km. Dusun Sawit, menjadi titik awal perjalanan. Gunung yang sebenarnya tidak terlalu tinggi bagi para penggiat alam bebas yang sudah melalanglang buana, namun dari sisi keindahan tak kalah dengan gunung-gunung yang lain. Bentuk penggungan, atau pelanan kuda yang curam dan tipis adalah daya tariknya. Jalan setapak menuju puncak, tak seperti bentuknya yang curam, tetapi sangat landai dan sudah berundak-undak. Bagi pendaki pemula atau yang mereka yang belum pernah melakukan pendakian, disinilah tempat yang cocok untuk mengapresiasikan diri dengan tingkat kesulitan yang tidak begitu tinggi.
Gunung Andong 1.736 mdpl
Gunung Andong 1.736 mdpl

Berangkat dari Yogyakarta berlima, dengan berhujan-hujan akhirnya sampai juga di Basecamp sekitar jam 6 setelah menempuh perjalanan selama 2 jam. Kami disini untuk mengikuti acara penghijauan yang juga merupakan program Bapak Negara kita. Hohoho. Sampai disini kita membayar retribusi sebesar Rp 10.000,00. Katanya dapet piagam, souvenir dan stiker. Hmmm. Sebenernya nggak pengen ikut pake piagam-piagaman, ikut nimbrung penghijauannya aja udah seneng. ^_^ Haaaaa.,

Di dalam basecamp kami bertemu dengan banyak teman kami dari berbagai daerah. Kami menyempatkan untuk bercengkrama dan memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan sehabis isya’. Sebelum berangkat kami pun berdoa bersama dan menyorakkan jargon kami "Madang Moell". Hahaha. Perjalanan pun dimulai, hujan masih turun sehingga kami menggunakan jas hujan. Beberapa masjid atau hanya surau-surau kecil berdiri sisi desa, yang menunjukan kadar religi penduduk setempat. Rumah Tuhan nampak makin asri dikaki gunung yang menjulang tinggi di sisi baratnya. Gunung ini, walau tak tinggi namun memiliki kemiringan yang luar biasa susah untuk di lalui. Jalan setapak yang terjal, kadang sudah hilang karena tertutup rerumputan memaksa untuk meraba dengan naluri. Menariknya dari gunung ini, pendek namun jalur yang terjal adalah sebuah tantangan bagi mereka yang menyukai tantangan. 

Jalur pendakian Gn.Andong
Jalur pendakian Gn.Andong
Jalan berliku, namun tak begitu menanjak tak membuat lelah bagi mereka yang tak terbiasa dengan medan berat. Bagi mereka yang biasa melahap medan berat, jalur ini adalah track yang mengasyikan karena bisa memacu kecepatan langkah kaki. Hutan pinus menyambut kedatangan langkah kaki dengan semerbak harum terpentin yang khas. Nampak lumut kerak atau Lichens menempel menghiasi batang-batang Pinus yang kokoh menjadi indikator bahwa udara disana bebas polusi. Lichens yang rentan terhadap pencemaran udara adalah sebuah anugerah jika masih kita temui saat tumbuhan ini masih subur disana. Begitu juga dengan tanaman pioner lain seperti lumut yang nampak hijau segar dibebatuan dan pepohonan.

Sesampainya di Watu Pocong kami istirahat sejenak, ada satu tenda yang berdiri di sini. Kayaknya enak juga camp disini. Anti badai. Hohoho. Setelah dirasa cukup istirahtnya, kami kembali melanjutkan perjalanan. Nah dari sini rombongan kami terpisah menjadi tiga, hadew, maklumlah kemampuan per orangnya nggak sama ^_^ Sebuah pancuran air yang terletak di tengah jarak antara puncak seolah menjadi pelepas dahaga. Nikmati air gunung langsung dari mata airnya adalah sensasi yang jarang kita dapatkan dihutan beton. Perjalanan sampai ke puncak dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam. Kabut tebal pun mulai membayangi dan membatasi jarak maksimal penglihatan. Sementara itu, hamparan awan di atas mulai menurunkan isinya. Hanya saja kali ini disertai kabut yang tebal.
Setelah 1 jam, sampai juga di pertinggaan puncak. Disisi kiri ada sebuah bangunan yang diperuntukan untuk makam yang dikeramatkan. Tadinya aq sempat bingung, karena kabut yang tebal membatasi jarak pandang sementara teman-teman yang lain sudah lebih dulu jalan. Akhirnya setelah berdebat dengan Isha, kami mengambil jalan kanan. Untuk menuju puncak harus sedikit mendaki ke arah kanan. Dari puncak sisi kanan, ada 3 puncak yang bisa kita daki. Jalur berupa punggungan yang curam adalah daya tariknya. Jalur yang tidak ada di gunung lain, dan ini menjadi ciri khas Gunung Andong. Berjalan diantara 2 lembah yang curam adalah sensasi sendiri, disaat hempasan angin membelai tubuh yang tak terjaga.

Geger sapi Gn. Andong
Geger sapi Gn. Andong
Akhirnya sampai juga di puncak pertama disisi selatan. Kaki ini terasa lemas, saat melihat sebuah jalur selebar kaki mengangkang dan sisi terluarnya adalah lembah yang curam dan dalam. Inilah tantangan berikutnta untuk menyelesaikan punuk sapi atau leher sapi. Igir-igir yang sempit dengan sisi kanan kiri jurang adalah tantangannya. Konsentrasi penuh dan tetap berhati-hati adalah kuncinya. Angin kencang kadang menghempaskan tubuh ini, sehingga mutlak diperlukan kewaspadaan. 

Sesampainya di Puncak kami langsung bergegas mendirikan tenda karena cuaca yang tidak mendukung. Dikarenakan hutan yang gundul tidak ada pepohonan di puncak yang dapat menahan angin, maka angin langsung menerpa tenda kami yang disertai hujan. Hmmm, mana kanan kiri udah jurang. Cxcxcx. Akhirnya setelah tenda berdiri aku memutuskan untuk masuk ke dalam tenda, mempersiapkan matras ,menyelematkan barang-barang dalam carier dan kawan-kawannya agar teman setendaku nantinya dapat langsung bersitirahat di tengah dinginnya hujan sementara yang lain mempersiapkan plesitnya.Di dalam tenda kami bertiga menyalakan kompor untuk sekedar menghangatkan udara di sekitar tenda dan untuk membuat kopi. Teriakan kami untuk menawarkan kopi disambut sepi, karena hujan jadinya anak-anak males keluar tenda. Ya sudahlah, kopi setengah nesting jadinya dihabisin bertiga. Hahahaha.

Tak sampai disitu, hujan yang begitu deras, tak memungkinkan tenda kami lebih save. Merembes deh tuh air hujan, belum ditambah lagi badai. Huft. Kami bertiga bareng-bareng menguras air yang masuk di dalam tenda. Waaah, kebanjiraaaaaaan. Huhuhuhu. Ternyata  kondisi ini dialami semua teman kami. Hahaha. Di tengah-tengah hujan, suasana menjadi sepi. Teguh iseng-iseng sms anak-anak (masih ada sinyal loh ^_^). Eh si Firgi Awan Tistianto malah telp kami, pamer dia. Katanya anget pake kasur pompanya Az Garcel. Setelah telp kami, mereka telp tenda sebelah yaitu Adie Restoe Bomie, Aguzt JaheAngedt PengendSusu dan Kaztolsikommo Ingin Dicintai. Dosen dari teman-temanku, Hendra Rohman akhirnya ngungsi ke tendaku karena tenda yang ia tempati terlalu banyak orang. Lama kelamaan IkanTengierie Berbuluanjinkkintamani (Teguh) dan Theo Rivera sadar juga ternyata dalam pemasangan tenda ada yang salah, akhirnya mereka berdua keluar tenda dan membetulkan tenda.

Beberapa saat Vidyan Purnama Putra dan Isha Emostha keluar tenda dan masuk juga ke tenda kami. Disini kami menghabiskan malam di dalam tenda sambil bercanda dan ngobrol-ngobrol nggak jelas. Huahahahaha. Setelah membuat kopi (lagi), kami membuat mie setelah menodong Isha untuk mengambil mie'nya Pak Dosen. wkwkwkwk. Alhasil mie 3 dipakai untuk rebutan 6 orang. Hadeeeeh. Tapi asyik juga ^_^ Akhirnya ngobrol dan nyrempet-nyrempet ngobrolin tenda, Vidyan, Isha dan Teguh baru sadar kalo tenda yang akan dipakai Vidya dan Isha salah frame. Jadinya mereka bongkar pasang tenda mereka lagi deh, sementara aku n Theo ngobrol nggak jelas dan pak dosen tidur dengan tenangnya. Hohoho. Tenda jadi, Teguh balik ke tenda akuarium kami. Tidur semua deh akhirnya.

dari kiri >>aq, Vidyan, Isha, Hendra, Dwie<<
Pagi menjelang, kabut masih menyelimuti pagi ini menjadikan sunrice yang diharapkan tak nampak. Hmmm. Tidur lagi ajah. Hahahaha. Beberapa waktu kemudian, aku bangun dan masuk ke tenda Vidyan. Cari makanan. Wkwkwk. Di tenda ini berkumpul aku, Vidyan, Isha, Dwie Mokong, dan pak dosen. Si Redy Olenk nih tetap stay di teras tenda. Hahaha. Kami sempet narsis-narsis ria di dalam tenda dan lagi-lagi rebutan makanan. Dasar, kebiasaan. Tapi itulah yang membuat persahabatan kami lebih erat.

Icip-icip
Di puncak tertinggi, mata ini bebas dan leluasan memandang apa yang ada di depan sana. Di bawah nampak dusun-dusun dengan jarak yang salin berjauhan dengan dihubungkan jalan-jalan dan pancangan tiang. Gunung Andong, kami datang dan suatu saat pasti kembali dengan teman-teman untuk menjamah setiap jengkal lekukan tubuhmua. Jalur yang landai dan aman, sangat direkomendasikan bagi pemula atau siapa saja yang ingin sekedar berjalan-jalan dengan sedikit bumbu petualangan.

Waktunya masak. Akhirnya aku keluar dari tenda dan nimbrung di tempat anak-anak masak. Bantu-bantu dikit-dikit daripada disuruh nyuci peralatan masak. Hahaha. Lagian, yang masak kan bisa nyicip-cyicip duluan. Hohohoho. Menu kali ini adalah oseng-oseng kentang dan oseng-oseng sawi dengan lauk tempe dan telur. Satu tragedi kecil yang membuat kami semua tertawa terpingkal-pingkal, Agoes Es dan Gilang Sang Fajar Putra yang nggoreng kerupuk membakar kerupuk hasil gorengannya. Entah kronologinya seperti apa tapi yang jelas tu kerupuk jadi Kerupuk Bakar. Hahaha. Makanan jadi, aturannya nggak boleh ada yang pakai sendok. Jadinya tu makanan dijadiin satu beralaskan plastik besar dan kemudian kami serbu rame-rame. Hahaha. Sarapan sudah, tinggal packing sementara Isha, Vidyan dan Tantri ke bawah untuk mencuci peralatan masak. Eh eh katanya sih mereka bertiga diboongin Otot Kawat soal sumber air. Hahahaha.
Kabut yang semakin tebal membuat kami bergegas packing dan turun. Kami putuskan untuk menemui mereka bertiga di jalan. Sebelumnya kami sempat berfoto-foto dengan anak-anak UNPAD yang sedang KKN disitu, dan juga foto-foto dengan pak polisi dan tentara. Hehehe. Kabut yang tebal membuat langit seperti turun hujan. Hmmmm. Poniku basah. Ckakakakakak.

Andong dapat dikatakan sebagai gunung yang ramah pada wisatawan yang hendak mendaki. Jalur berupa tangga dari semen yang dibangun oleh warga sudah cukup menjadi bukti. Hmmm. Lawu Part II kalo ini namanya, tapi tangga sudah pecah-pecah. Karena hujan dan ditambah dengan tanah yang ada di semen menjadikan jalan ini licin. Fiuh. Harus extra hati-hati ni. Sebelum memasuki ladang juga kami bertemu dengan Zhy Savana, dianya baru sembuh dari sakit. Smoga lancar di jalan kawan ^_^.

Dari puncak maupun basecamp terlihat disisi selatan berdiri gagah gunung Merbabu 3142 mdpl dan Merapi 2991 mdpl. Dua gunung yang berdampingan terlihat begitu jelas dari ketinggian 1400-an mdpl. Disisi timur nan jauh disana, samar-samar Gunung Lawu 3265 mdpl terlihat, dan sisi utara Gunung Ungaran 2050 mdpl juga terlihat jelas. Sisi barat Sumbing 3371 mdpl dan Sindoro 3150 mdpl berdampingan dengan anggun. Tak salah jika arahkan tujuan anda kesini, dapatkan keramahan penduduk, tantangan dari bentang alam dan suguhan keindahannya. Selamat menikmati dan tetap santun dalam berjalan.

Kami Kompak kan?? hehehe ^_^
Untuk info contact, PM saja di FB (Zhi CiinounaDudulz Ghadyeztmandjha) atau Twitter (@ZhiCiinonaDudul) q, termasuk nomor kontak beberapa pemandu jika ingin menggunakan jasa guide yang bisa mengantar mencapai puncak Gunung Andong.

Selamat Mendaki. Salam lestari.

1 comment:

Jangan lupa kasih koment ya kawan :D